Mahasiswa dan Aktivis Gelar Aksi Unjuk Rasa di Kantor Gubernur Bengkulu, Soroti Krisis BBM dan Kenaikan Pajak

Wartabengkulu.co - Bengkulu, Ratusan mahasiswa dan aktivis lingkungan menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Bengkulu, Senin (26/5), menuntut penanganan serius terhadap krisis bahan bakar minyak (BBM) dan menolak kenaikan pajak kendaraan bermotor (opsen pajak) yang dinilai membebani masyarakat.
Aksi dimulai sejak pukul 14.30 WIB dengan titik kumpul di Masjid Raya Baitul Izzah Kota Bengkulu, sebelum massa bergerak menuju Kantor Gubernur Bengkulu. Sekitar 250 orang dari berbagai organisasi seperti BEM KBM Universitas Bengkulu, BEM UMB, HMI, GMNI, Walhi, Kanopi, dan Kelompok Kamisan Bengkulu turut ambil bagian dalam demonstrasi ini.
Koordinator aksi, Theo Ramadhan yang juga merupakan Presiden Mahasiswa BEM KBM Unib, dalam orasinya menyampaikan keresahan masyarakat atas kelangkaan BBM yang semakin parah serta naiknya opsen pajak kendaraan. “Gubernur sebelumnya menyatakan BBM aman 100 persen, tapi kenyataannya antrian panjang masih terjadi di lapangan. Rakyat menderita, sementara pelayanan publik tak sebanding dengan pajak yang dibebankan,” ujar Theo.
Ketua HMI Bengkulu, Anjar, juga menuding pemerintah daerah gagal merespons penderitaan masyarakat. “Pemerintah lebih sibuk membangun citra di TikTok daripada turun langsung melihat rakyatnya antri BBM. Kami menunggu Gubernur hadir, bukan hanya pencitraan,” tegasnya.
Upaya negosiasi dengan pihak Pemprov sempat dilakukan oleh massa melalui Asisten II Setdaprov Bengkulu, RA Deny, namun dinyatakan Gubernur Helmi Hasan sedang bertugas mendampingi Kepala BNPB dan tidak dapat hadir.
Aksi berlanjut dengan teatrikal pembacaan puisi, nyanyian sindiran, dan dorong sepeda motor yang melambangkan penderitaan masyarakat. Ketegangan meningkat saat massa membakar ban dan sempat terlibat saling dorong dengan aparat keamanan. Ketegangan kembali terjadi saat massa mencoba masuk ke kantor gubernur dan kembali dihalau aparat. Dalam insiden ini, satu mahasiswa dilaporkan mengalami luka di kepala.
Sekitar pukul 20.00 WIB, massa menyampaikan pernyataan sikap, di antaranya menyatakan mosi tidak percaya kepada Gubernur Bengkulu, mengecam tindakan represif aparat, serta mengumumkan rencana konsolidasi lanjutan dengan jumlah massa yang lebih besar.
Unjuk rasa berakhir sekitar pukul 20.10 WIB dalam keadaan tertib dan kondusif, meski sempat diwarnai ketegangan dan korban luka.