Ternak Mati, Peternak Merugi: Wabah SE Jadi Alarm bagi Pemerintah

Reporter: Idris ‐ Editor: Mai1
Jumat, 16 Mei 2025 - 13.29 WIB · waktu baca 2 menit
Ternak Mati, Peternak Merugi: Wabah SE Jadi Alarm bagi Pemerintah

WartaBengkulu.co - Mukomuko, Jelang perayaan Idul Adha, ratusan ternak di wilayah Mukomuko Selatan dilaporkan mati akibat penyakit Septicaemia Epizootica (SE). Hingga Selasa (pekan lalu), tercatat lebih dari 100 ekor sapi dan kerbau yang tersebar di lima kecamatan Dapil 3 mengalami kematian. Sayangnya, masih minimnya upaya pemerintah dalam menanggulangi penyebaran penyakit ini.

drh. Dede Indra, dokter hewan di Puskeswan Pulai Payung, menyatakan bahwa tingginya angka kematian hewan ternak disebabkan berbagai faktor yang belum ditangani secara serius. “Sebagian besar kasus terjadi pada hewan yang dilepasliarkan. Penanganan sulit karena hewan-hewan ini tidak berada dalam pengawasan langsung. Namun yang berada di dalam kandang pun mulai menunjukkan gejala,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa penyebaran virus SE tidak hanya terjadi melalui kontak langsung antarhewan, tetapi juga bisa dibawa oleh kendaraan pengangkut maupun dari pakan yang terkontaminasi. “Kondisinya semakin mengkhawatirkan karena penularan bisa datang dari luar kandang tanpa disadari peternak,” ujar Dede.

Lebih lanjut, drh. Dede mengungkapkan bahwa penanganan wabah ini terkendala oleh minimnya vaksin dan rendahnya kesadaran peternak. “Kami hanya menerima 400 dosis vaksin, padahal populasi ternak sapi dan kerbau di wilayah Dapil 3 mencapai sekitar 11 ribu ekor. Jelas ini tidak cukup,” ungkapnya.

Ironisnya, banyak peternak yang enggan memberikan vaksin pada ternaknya karena merasa hewan mereka masih terlihat sehat. “Pola pikir seperti ini justru memperburuk keadaan. Kami sudah mencoba memberikan edukasi, tapi tanpa dukungan nyata dari pemerintah, hasilnya sangat terbatas,” tegas drh. Dede.

Ia menilai pemerintah daerah belum memberikan respon cepat dan tepat dalam menghadapi ancaman SE, terlebih menjelang Idul Adha yang identik dengan peningkatan aktivitas pemotongan hewan kurban. “Kalau tidak segera ditangani, bukan hanya peternak yang rugi, tapi masyarakat luas juga bisa terdampak dari segi kesehatan dan ketersediaan hewan kurban,” pungkasnya.

Masyarakat dan tenaga kesehatan hewan berharap agar pemerintah segera turun tangan secara aktif, mulai dari distribusi vaksin yang memadai hingga pengawasan dan penyuluhan intensif kepada peternak di seluruh wilayah terdampak.

Artikel Populer

1

Akses Utama Rawan Runtuh, Warga Desa Cinta Asih Desak Perbaikan Jembatan

Sosial ·
1 bulan yang lalu
2

Permohonan Pembatalan Keputusan KPU Bengkulu Selatan Resmi Teregistrasi di MK

Politik ·
3 minggu yang lalu
3

Koperasi Merah Putih Desa Pulai Payung Siap Melaju, Warga Sambut Antusias

Ekonomi ·
1 bulan yang lalu
4

Sudah Lebih dari 10 Tahun, Warga Desa Semundam Masih Perjuangkan Lahan yang Digusur

Sosial ·
1 bulan yang lalu
5

Ketua Aliansi Petani Sawit Bengkulu Soroti Perambahan HPT di Kabupaten Mukomuko

Sosial ·
2 bulan yang lalu

© 2025. All Right Reserved